Gkp garut

Sabtu, 28 Januari 2012


GKP Garut

Alamat: Jalan Bratayudha no.40 Garut 44114
Telepon: Pastori: 0262-233535
Kantor: 0262-231455
Fax: 0262-234597
Pos Kebaktian Parakanmuncang
Alamat: d.a GKP Garut
Gembala yang melayani :
1899 – 1934 : Para Zendeling NZV
1928 - 1932 : G.J. Markus Elia
1932 - 1934 : G.J. Sanjah Madjan
1934 – 1936 : Pdt. Madi Lampung
1936 - 1948 : G.I Pares Rikin.
1942 – 1972 : Pdt. Arsin Dani.
1972 - 1991 : Pdt. Arifin Dani STh.
1991 - 2006 : Pdt. Aam R Sairoen STh.
2005 – sekarang : Pdt. Ira Imelda, S.Si.
2008 - sekarang : Pdt. Megiana Hanafiah, STh M.Min
Adanya jemaat yang kini disebut GKP Jemaat Garut pada dasarnya adalah karya Roh Kudus melalui orang-orang yang diplih-Nya. Usia keberadaannya dapat dibilang tua, bahkan melebihi usia GKP sendiri yang baru dinyatakan oleh NZV pada tanggal 14 November 1934.
Penaburan benih Injil diawali dengan dibukanya pos kebaktian pada bulan Oktober 1899 oleh Zendeling B.M. Alkema atas permintaan Bapak Thung Siong Hong di Ciwalen Garut. Zendeling B.M. Alkema adalah seorang pendeta yang saat itu bertugas melayani jemaat asuhan NZV yang ada di Bandung. Ia adalah seorang pendeta berkebangsaan Belanda yang datang ke Indonesia pada tahun 1890 sebagai utusan NZV.
Satu tahun sejak pos kebaktian itu didirikan, apa yang telah ditanam oleh Zendeling B.M. Alkema menampakkan pertumbuhannya. Tepatnya pada tanggal 4 Juni 1900, Zendeling B.M. Alkema telah melayani sakramen baptisan kepada tiga orang, yaitu Ibu Enok (Maria), Ibu Miumah, dan Bapak Oesman. Agar benih yang telah tertanam dan mulai tumbuh itu terawat, di Garut ditempatkanlah seorang guru jemaat yang bernama Abednego.
Melihat adanya perkembangan dalam upaya PI di Garut, pada bulan Juli 1905 NZV mengirimkan seorang zendelingnya untuk kemudian menetap di Garut, yaitu Zendeling C.J. Hoekendijk. Dengan hadirnya Zendeling C.J. Hoekendijk, usaha PI di Garut menampakkan wujudnya karena tidak lama kemudian, tepatnya pada tanggal 1 Februari 1906, di Ciwalen telah berdiri bangunan gereja.
Seperti di tempat lainnya di Jawa Barat, perhatian NZV dalam PI tidak hanya mendirikan pos kebaktian dan gereja, tetapi juga memberikan perhatian pada pendirian sekolah dan pelayanan kesehatan. Hal itu bukan semata-mata hanya untuk mengadakan kontak dengan masyarakat, melainkan lebih daripada itu. Dengan kata lain, PI tidak hanya menyatakan koinonia, tetapi juga diakonia dan marturia melalui pelayanan konkret. Oleh karena itu, di Garut pada tahun 1907 didirikanlah sekolah zending. Bahkan, pada tahun 1908 Zendeling Hoekendijk pun membuka balai pengobatan. Namun, dalam perkembangannya, balai pengobatan itu tidak bertahan lama sebab pada tahun 1915 Zendeling Hoekendijk pindah ke Bandung sehingga balai pengobatan itu pun tidak ada lagi.
Sejak Zendeling Hoekendijk pindah, pelayanan di jemaat Garut untuk sementara dilayani oleh para guru. Pada waktu itu guru-guru yang bertugas di sekolah zending belum menampakkan pemisahan secara tegas antara tugasnya di sekolah dan pelayanan di jemaat.
Pada tahun 1920 NZV kembali menempatkan seorang zendeling di Garut, yaitu Zendeling L.M. van Noppen, yang sekaligus bertugas menangani jemaat yang ada di Tasikmalaya. Berbagai perubahan yang terjadi di jemaat Garut pada masa pelayanan Zendeling L. M. van Noppen di antaranya:
1) Pada tahun 1925 bangunan gereja yang sudah ada di Ciwalen dipindahkan ke Talun (bangunan gereja sekarang). Peresmiannya dilakukan pada tanggal 25 Desember 1925.
2) Pada tahun 1927, untuk pertama kalinya, di Garut dilakukan pemilihan majelis jemaat. Hal itu menunjukkan bahwa kesadaran untuk mengorganisasikan gereja, sesederhana apa pun bentuknya, mulai tumbuh di jemaat Garut.
Pada tahun 1928 Zendeling L.M. van Noppen pindah ke Tasikmalaya. Selanjutnya, pelayanan di jemaat Garut ditangani oleh guru jemaat Bapak Markus Elia. Setelah Bapak Markus Elia pindah ke Bandung pada tahun 1932, pelayanan di Garut digantikan oleh guru jemaat Sanjah Madjan, yang menjadi guru jemaat sampai tahun 1934. Bapak Sanjah Madjan pun kemudian digantikan oleh guru jemaat Bapak Madi Lampung. Pada tahun itulah, untuk yang kedua kalinya, jemaat Garut mengadakan pemilihan majelis jemaat.
Pada tanggal 14 November 1934 jemaat-jemaat asuhan NZV yang berada di Jawa barat, termasuk Garut, bersama-sama menyatakan diri untuk bersatu di dalam tubuh gereja yang mandiri, yang diberi nama “Gereja Kristen Pasundan” (GKP). Setahun kemudian (1935) Bapak Madi Lampung ditahbiskan ke dalam jabatan pendeta. Beliaulah pendeta pribumi pertama yang melayani di GKP Jemaat Garut.
Ketika Pdt. Madi Lampung pindah ke GKP Jemaat Kampung Sawah pada tahun 1936, pelayanan di GKP Jemaat Garut selanjutnya diserahkan kepada Bapak Arsin Dani, yang pada waktu itu menjadi guru di sekolah zending. Dalam kepemimpinan guru jemaat Bapak Arsin Dani, GKP Jemaat Garut terus berkembang. Hal itu tampak dari banyaknya pos kebaktian yang harus dilayani, antara lain Pos Kebaktian Parakanmuncang, Malangbong, Wanaraja, Cisurupan, Singajaya, Tablong, Deudeul, dan Bagendit.
Pada tahun 1939 Bapak Arsin Dani menjalani tugas belajar di Sekolah Theologia Balewiyoto Malang, yaitu dalam rangka persiapannya untuk dipendetakan di GKP Jemaat Garut. Selanjutnya, GKP Jemaat Garut dilayani oleh guru jemaat Bapak Pares Rikin sampai dengan tahun 1948.
Pada tahun 1942 Bapak Arsin Dani ditahbiskan menjadi pendeta di GKP Jemaat Garut. Beliau melayani GKP Jemaat Garut sampai dengan tahun 1972, yaitu sampai memasuki masa emiritus. Selanjutnya, GKP Jemaat Garut memanggil Pdt. Arifin Dani yang pada saat itu melayani di GKP Jemaat Cirebon untuk menjadi pendeta di GKP Jemaat Garut. Beliau melayani dari tahun 1972–1991.
Pada tanggal 19 Oktober 1992 Vikaris Aam Ramelan Sairoen, S.Th. ditahbiskan menjadi pendeta GKP Jemaat Garut. Pada masa pelayanan Pdt. Aam R. Sairoen, S.Th, jemaat Garut banyak mengalami perkembangan. Selain perbaikan sarana dan prasarana, jemaat Garut pun semakin menyadari dan menghayati serta berupaya untuk mengaktualisasikan Tri Wawasan GKP sebagai wujud dari panggilan bersekutu, bersaksi, dan melayani.
Berikut adalah beberapa peristiwa penting yang terjadai dalam masa pelayanan Pdt. Aam R. Sairoen, S.Th.
1) Dalam lingkup BKGKG, Pdt. Aam R. Sairoen, S.Th. terpilih sebagai Ketua BKGKG periode 1993–1995, kemudian terpilih kembali menjadi Ketua BKGKG sejak tahun 1998–2004.
2) Pada tahun 1993 Pdt. Aam R. Saioren, S.Th., terpilih menjadi BP Klasis wilayah Priangan periode 1993–1995.
3) Pada tanggal 5–8 Juli 1994 GKP Jemaat Garut menjadi tempat diselenggarakannya Sidang Sinode XXII.
4) Pada tahun 1995 bangunan TK-SDK Dharma Bakti direnovasi.
5) Pada tahun 1995 GKP Jemaat Garut menjadi tuan rumah Pertemuan Pendeta dan Keluarga.
6) Pada tahun 1996 GKP Jemaat Garut merenovasi Kantor/Sekretariat GKP. Peresmian Kantor/Sekretariat GKP Jemaat Garut dilakukan oleh Ketua Umum BP Sinode, Pdt. Hada Andriata, D.Ps. pada tanggal 26 Desember 1996.
7) Pada tahun 2001 GKP Jemaat Garut kembali menjadi tuan rumah pelaksanaan Konvent Pendeta.
9) Pada tahun 2001 sarana pendidikan, yaitu sebuah perpustakaan yang diberi nama Perpustakaan Trisola, diresmikan.
10) Pada tahun 2003 GKP Jemaat Garut menjadi tempat diselenggarakannya Kebaktian Syukur Hari Ulang Tahun ke-69 GKP Klasis wilayah Priangan.
Pada tahun 2002 GKP Jemaat Garut berusaha mengembangkan pelayanannya dengan menambah tenaga seorang pendeta (proyeksi dua tenaga pendeta di jemaat). Untuk itu, pada tanggal 1 September 2002, Sdri. Ira Imelda, S.Si. dipanggil dan ditetapkan untuk menjalankan masa vikariatnya selama ± 2 tahun di GKP Jemaat Garut.
Pada tanggal 17 Mei 2004, Vik. Ira Imelda, S.Si. ditahbiskan ke dalam jabatan pendeta GKP untuk melayani di GKP Jemaat Garut.
Berikut adalah pos kebaktian yang merupakan wilayah pelayanan GKP Jemaat Garut saat ini.
1) Pos Kebaktian Parakanmuncang.
2) Pos Kebaktian Cibuluh.
3) Pos Kebaktian Leuwi Goong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar